Surat Kecil Untuk Ibu
Surat Kecil Untuk Ibu
Oleh: Mohamad Rosidin
Diva dan
Rini adalah dua orang gadis kecil yang masih duduk di bangku SD. Diva dan Rini
tinggal bersama bapaknya yang sedang sakit-sakitan di rumah. Mereka ditinggal
ibunya merantau ke luar negeri selama lima tahun tanpa ada kabar. Diva sebagai
anak pertama dan di usianya yang masih 10 tahun itu merasa bahwa dirinya harus
bisa menghidupi adiknya dan bapaknya yang sedang sakit-sakitan. Demi untuk memenuhi
kehidupan sehari-harinya, Diva dan Rini menjualkan gorengan tetangganya
sepulang sekolah. Dengan sepeda bututnya Diva dan Rina menjajakan dagangannya.
“Gorengan,
gorengan” teriak Diva dan Rini sambil menjajakan dagangannya
Diva dan
Rini menghampiri setiap rumah untuk menawarkan dagangannya. Dalam sehari Diva
dan Rini hanya memperoleh uang 30.000 dari dagangannya, dan disetorkan ke
pemilik gorengan setengahnya, jadi yang didapat hanya 15.000 per hari. Meskipun
Diva dan Rini hidup dengan keterbatasan dan harus merawat ayahnya yang sedang
sakit-sakitan, Diva dan Rini tidak pernah pupus dan malu untuk bersekolah.
Pagi itu
Diva dan Rini bersiap-siap berangkat ke sekolah. Diva dan Rini mengambil sepatu
yang sudah kumal dan jebol untuk dipakai.
“Kak, kapan
yah kita bisa beli sepatu baru yang bagus seperti teman-teman” tanya Rini
sambil berangan-angan
“Sabar yah
Rin, nanti kalau kita ada uang lebih kita beli sepatu baru kaya teman-teman,
selagi yang ini masih bisa dipakai, pakai dulu yang ini, intinya kita jangan
sampai putus asa untuk sekolah yah” kata Diva menyemangati Rini
Di sekolah
Diva dan Rini termasuk siswa yang berprestasi. Karena prestasi dan
ketekunannyalah Diva dan Rini mendapat bantuan biaya sekolah.
Di sekolah
Diva dan Rini terkenal siswa baik dan cerdas sehingga banyak disegani oleh
teman-temannya karena kebaikan dan kecerdasannya itu. Beberapa jam telah
berlalu, pelajaran demi pelajaran telah dilaluinya, dan jam sudah menunjukkan
waktu pulang sekolah.
Sepulang
sekolah Diva memasakkan bubur nasi yang cuma ditaburi garam buat ayahnya,
sedangkan Rini pergi ke rumah tetangga untuk mengambil gorengan yang akan
dijualkannya.
“Diva, Rini,
maafin bapak yah, karena bapak nggak bisa bahagiain kalian berdua,
uhukk…uhukk…uhukkk” kata bapaknya yang disertai batuk.
“Nggak
apa-apa pak, kita juga ngerti dengan keadaan bapak kok” kata Diva sambil memegang
tangan bapaknya
“Pak, Rini
kangen ibu pak, kapan ibu pulang pak” kata Rini sambil mengeluarkan air mata
“Sabar yah
Rini, kita do’akan saja semoga ibu sehat dan baik-baik saja di sana yah” kata
bapak sambil mengusap air mata Rini
“Sudah Rini,
jangan sedih terus, kita do’akan saja semoga ibu sehat dan baik-baik saja di
sana, kakak mau jualan, kamu mau ikut atau mau di rumah sama bapak” kata Diva
sambil mengajak Rini
“Sudah, ikut
kakak berjualan saja sambil menghibur hati kamu biar nggak sedih terus” suruh
bapak
“Baik pak,
Rini berangkat dulu yah pak” pamit Rini
“krekk…krekk…krekk”
suara sepeda tua saat mulai di naikki
Diva dan
Rini pun berangkat berjualan. Kayuh demi kayuh Diva lakukan sambil berteriak
“Gorengan,
gorengan”
“De, de”
panggil ibu-ibu dari belakang
“Iya bu, ibu
mau beli” tanya Diva
“Iya de, ibu
beli 5000 yah” pinta ibu itu
“Iya bu, mau
beli yang mana ini bu? tanya Diva
“Campur saja
de” kata ibu itu
“Ini bu,
terimakasih bu” kata Diva dan Rini,
Diva dan
Rini pun kembali menjajakan dagangannya. Rumah demi rumah mereka datangi untuk
menawarkan dagangannya.
Waktu demi
waktu dilaluinya sampai tak terasa waktu telah hampir petang. Seperti biasa
Diva dan Rini menyetorkan hasil jualannya dan mendapatkan bagiannya.
Hari pun
mulai malam, Diva dan Rini duduk-duduk santai dipinggir jendela sambil
memandangi terangnya cahaya bulan. Tiba-tiba ada sebuah balon merah yang
nyangkut di ranting pohon.
“Kak, lihat
itu ada balon nyangkut di ranting, aku ambil yah kak” kata Rini sambil
mengambil galah yang menyender di samping rumah.
Setelah
mengambil balon tersebut, Rini kemudian mengambil selembar kertas dan
menuliskan sesuatu di kertas tersebut.
“Nulis apa
kamu Rin? Tanya Diva heran
“Aku nulis
surat buat ibu kak, kata teman-temanku kalau kita punya permintaan, terus kita
tulis permintaan itu, terus kita ikatkan pada balon, terus balonnya kita
terbangkan balonnya ke angkasa, katanya permintaan kita bisa terwujud kak” kata
Rini dengan polosnya.
“Iya Rin,
kakak juga pernah dengar gitu kata teman-teman kakak Rin” kata Diva
“Iya kak”
“Semoga
dengan balon ini suratmu bisa sampai ke ibu yah Rin” harap Diva
Diva dan
Rini pun menerbangkan balonnya dengan
harapan surat itu bisa sampai ke ibunya.
“Diva, Rini,
masuk tidur, sudah malam” teriak bapaknya dari dalam rumah
“Iya pak,
ayo Rin bapak sudah manggil” ajak Diva
“Ayo kak”
kata Rini
Diva dan
Rini pun masuk ke rumah dan merebahkan diri diatas kasur tipis yang berlubang
dan berselimutkan sarung. Setiap malam Diva dan Rini berdo’a semoga harapannya
segera terkabul dan bisa berkumpul dan bahagia bersama.
SELESAI
Kereennnn
ReplyDeleteKereennnn
ReplyDelete